MAKALAH
KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA
SIMBOL ATAU TANDA BAHAYA PADA PEKERJA
Oleh:
Dwi
Apriadi (10620312)
Marienlanda
Kahar R (10620328)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang “simbol atau tanda bahaya pada pekerja” ini dengan lancar.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan
oleh dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Kesehatan kerja
Ns. Fatma Sayekti R, S.Kep.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data
sekunder yang penulis peroleh dari buku panduan dan hasil dari browsing
internet yang berkaitan dengan simbol atau tanda bahaya pada pekerja dan hal-hal yang berkaitan dengan
hal tersebut.
Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat
memberi manfaat bagi kita,dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai simbol atau tanda bahaya pada pekerja
dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi para
praktisi medis yang bersangkutan dengan hal-hal ini.
Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah
yang lebih baik.
Kediri, 19 September 2012
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Undang-Undang
No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 1 menyatakan bahwa tempat
kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat
kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan
bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
Setiap
tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi
kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja.
Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya
kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan
kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja. Potensi bahaya
mempunyai potensi untuk mengakibatkan kerusakan dan kerugian kepada : 1)
manusia yang bersifat langsung maupun tidak langsung terhadap pekerjaan, 2)
properti termasuk peratan kerja dan mesin-mesin, 3) lingkungan, baik lingkungan
di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan, 4) kualitas produk barang dan
jasa, 5) nama baik perusahaan.
Pengenalan
potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya
pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja yagmungkin terjadi.
Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari
berbagai faktor, antara lain : 1) faktor teknis, yaitu potensi
bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang digunakan atau dari
pekerjaan itu sendiri; 2) faktor lingkungan, yaitu potensi
bahaya yang berasal dari atau berada di dalam lingkungan, yang bisa bersumber
dari proses produksi termasuk bahan baku, baik produk antara maupun hasil
akhir; 3) faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup
besar terutama apabila manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada
dalam kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana mengenali simbol atau tanda bahaya pada pekerja?
1.1 Tujuan
1.3.2 Tujuan umum
Menjelaskan simbol atau tanda bahaya pada pekerja
1.3.2 Tujuan khusus
1.
Mengidentifikasi Simbol Bahaya
2.
Mengidentifikasi Bahan-Bahan Berbahaya
Bagi Kesehatan
3. Mengidentifikasi Bahan-Bahan yang Merusak Jaringan (Tissue Destroying Substances)
3. Mengidentifikasi Bahan-Bahan yang Merusak Jaringan (Tissue Destroying Substances)
4.
Mengidentifikasi Bahan Berbahaya Bagi
Lingkungan
5.
Mengidentifikasi Evaluasi dan Klasifikasi Limbah
Kimia
6.
Mengidentifikasi Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dari bahaya pestisida
7.
Mengidentifikasi Perawatan medis
1.2 Manfaat
1.4.1 Mahasiswa
mengetahui simbol atau tanda bahaya pada pekerja
1.4.2 Mahasiswa mampu melakukan simbol atau tanda bahaya pada pekerja
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Simbol Bahaya
Simbol bahaya digunakan untuk
pelabelan bahan-bahan berbahaya menurut Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance
on Hazardeous Substances). Peraturan
tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances) adalah
suatu aturan untuk melindungi/menjaga bahan-bahan berbahaya dan terutama
terdiri dari bidang keselamatan kerja. Arah Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance
on Hazardeous Substances) untuk klasifikasi, pengepakan dan
pelabelan bahan kimia adalah valid untuk semua bidang, area dan aplikasi, dan
tentu saja, juga untuk lingkungan, perlindungan konsumer dan kesehatan manusia.
Istilah bahan berbahaya adalah nama
umum dan menurut hukum bahan kimia (kemikalia) (Chemicals Law)
didefinisikan sebagai:
1. Bahan
berbahaya atau formulasi menurut hukum kemikalia (Chemicals Law)
2. Bahan,
formulasi dan produk dapat membentuk atau melepaskan bahan atau formulasi berbahaya selama
produksi atau penggunaan
3. Bahan,
formulasi dan produk bersifat mudah meledak
Berikut adalah beberapa definisi yang
dapat digunakan untuk memahami tentang masalah hukum :
1. Bahan/zat
adalah unsur atau senyawa kimia – bagaimana terjadinya di alam atau
diproduksi dengan cara sintesis
(misalnya asbes, bromin, etanol, timbal, dll)
2. Formulasi
adalah paduan, campuran atau larutan dari dua bahan atau lebih (misalnya
cat, larutan formaldehid dll)
3. Produk
adalah bahan/zat atau formulasi yang diperoleh atau terbentuk selama proses
produksi. Sifat-sifat ini lebik
menentukan fungsi produk daripada komposisi kimianya.
Bahan berbahaya yang didefinisikan
di atas memiliki satu sifat atau lebih yang ditandai dengan simbol-simbol
bahaya. Simbol bahaya adalah
piktogram dengan tanda hitam pada latar belakang orange, kategori bahaya
untuk bahan dan formulasi ditandai dengan simbol bahaya, yang terbagi dalam:
1.
Resiko kebakaran dan
ledakan (sifat fisika-kimia)
2.
Resiko kesehatan (sifat
toksikologi) atau
3.
Kombinasi dari
keduanya.
1.
Inflammable substances (bahan mudah terbakar)
Bahan mudah terbakar terdiri dari
sub-kelompok bahan peledak, bahan pengoksidasi, bahan amat sangat mudah
terbakar (extremely flammable substances), dan bahan sangat mudah terbakar
(highly flammable substances). Bahan dapat terbakar (flammable
substances) jugatermasuk kategori bahan mudah terbakar (inflammable
substances) tetapi penggunaan simbol bahaya tidak diperlukan untuk
bahan-bahan tersebut.
1.
Explosive (bersifat
mudah meledak)
Huruf kode: E
Bahan dan formulasi yang ditandai
dengan notasi bahaya „explosive“ dapat meledak dengan pukulan/benturan,
gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik.
Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari bahan. Energi tinggi
dilepaskan dengan propagasi gelombang udara yang bergerak sangat cepat. Resiko
ledakan dapat ditentukan dengan metode yang diberikan dalam Law for
Explosive Substance.
Di laboratorium, campuran senyawa
pengoksidasi kuat dengan bahan mudah terbakar atau bahan pereduksi dapat
meledak . Sebagai contoh, asam nitrat dapat menimbulkan ledakan jika bereaksi
dengan beberapa solven seperti aseton, dietil eter, etanol, dll. Produksi atau
bekerja dengan bahan mudah meledak memerlukan pengetahuan dan pengalaman
praktis maupun keselamatan khusus. Apabila bekerja dengan bahan-bahan tersebut
kuantitas harus dijaga sekecil/sedikit mungkin baik untuk penanganan maupun
persediaan/cadangan.Frase-R untuk bahan mudah meledak : R1, R2 dan R3 Sebagai contoh untuk
bahan yang dijelaskan di atas adalah 2,4,6-trinitro toluena (TNT).
Huruf kode: O
Bahan-bahan dan formulasi yang
ditandai dengan notasi bahaya „oxidizing“ biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi
bila kontak dengan bahan mudah terbakar atau bahan sangat mudah terbakar mereka dapat
meningkatkan resiko kebakaran secara signifikan. Dalam berbagai hal mereka adalah bahan
anorganik seperti garam (salt-like) dengan sifat pengoksidasi kuat dan peroksida-peroksida
organik. Frase-R untuk bahan
pengoksidasi : R7, R8 dan R9. Contoh
bahan tersebut adalah kalium klorat dan kalium permanganat juga asam nitrat
pekat.
3. Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar)
Bahan-bahan dan formulasi yang
ditandai dengan notasi bahaya „extremely flammable “ merupakan likuid yang
memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah 0o C) dan titik didih rendah dengan titik
didih awal (di bawah +35oC). Bahan amat sangat mudah terbakar berupa gas dengan udara dapat
membentuk suatu campuran bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal. Frase-R untuk bahan
amat sangat mudah terbakar : R12.
Contoh
bahan dengan sifat tersebut adalah dietil eter (cairan) dan propane (gas).
4. Highly flammable (sangat mudah terbakar)
Huruf kode: F
Bahan dan formulasi ditandai dengan
notasi bahaya ‘highly flammable’ adalah subyek untuk self-heating dan
penyalaan di bawah kondisi atmosferik biasa, atau mereka mempunyai titik nyala rendah (di bawah
+21oC). Beberapa bahan sangat mudah terbakar menghasilkan gas yang amat sangat mudah
terbakar di bawah pengaruh kelembaban. Bahan- bahan yang dapat menjadi panas di udara
pada temperatur kamar tanpa tambahan pasokan energi dan akhirnya terbakar, juga diberi
label sebagai ‘highly flammable’.
Frase-R
untuk bahan sangat mudah terbakar : R11.
Contoh
bahan dengan sifat tersebut misalnya aseton dan logam natrium, yang sering
digunakan di
laboratorium sebagai solven dan agen pengering.
5.
Flammable (mudah
terbakar)
Huruf kode: tidak ada
Tidak ada simbol bahaya diperlukan
untuk melabeli bahan dan formulasi dengan notasi bahaya ‘flammable’. Bahan dan
formulasi likuid yang memiliki titik nyala antara +21oC dan +55oC dikategorikan sebagai
bahan mudah terbakar (flammable). Frase-R untuk bahan
mudah terbakar : R10. Contoh
bahan dengan sifat tersebut misalnya minyak terpentin.
2.2 Bahan-Bahan Berbahaya
Bagi Kesehatan
Pengelompokan bahan dan formulasi menurut
sifat toksikologinya terdiri dari akut dan efek jangka panjang, tidak
bergantung apakah efek tersebut disebabkan oleh pengulangan, tunggal atau eksposisi jangka
panjang. Suatu parameter penting untuk menilai toksisitas akut suatu zat adalah harga LD50 nya
yang ditentukan dalam percobaan pada hewan uji. Harga LD50 merefleksikan dosis
yang mematikan dalam mg per kg berat badan yang akan menyebabkan kematian 50% dari hewan
uji, antara 14 hari setelah one single administration. Akibat desain uji orang dapat
membedakan antara pengeluaran (uptake LD50 oral dan digesti melalui
sistem gastrointestinal,
seta LD50 dermal untuk uptake (pengeluaran) melalui kulit). Disamping dua hal
tersebut ada juga suatu konsentrasi yang mematikan (lethal concentration) LC50 pulmonary (inhalasi)
yang merefleksikan konsentrasi suatu polutan di udara (mg/L) yang akan menyebabkan
kematian 50% dari hewan uji dalam waktu antara 14 hari setelah 4 jam eksposisi. Istilah bahan berbahaya
untuk kesehatan termasuk sub-grup bahan bersifat sangat beracun (very toxic
substances), bahan beracun (toxic substances) dan bahan berbahaya (harmful substances.
Huruf kode: T+
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan
notasi bahaya ‘very toxic’ dapat menyebabkan
kerusakan kesehatan akut atau kronis dan
bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh
melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan
kulit. Suatu
bahan dikategorikan sangat beracun jika memenuhi kriteria berikut:
LD50 oral (tikus)
|
≤ 25 mg/kg
berat badan
|
LD50 dermal
(tikus atau kelinci)
|
≤ 50 mg/kg
berat badan
|
LC50 pulmonary
(tikus) untuk aerosol /debu
|
≤ 0,25 mg/L
|
LC50 pulmonary
(tikus) untuk gas/uap
|
≤ 0,50 mg/L
|
Frase-R untuk bahan sangat beracun :
R26, R27 dan R28
Contoh bahan dengan sifat tersebut
misalnya kalium sianida, hydrogen sulfida, nitrobenzene dan atripin.
2. Toxic (beracun)
Huruf kode: T
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan
notasi bahaya ‘toxic’ dapat menyebabkan
kerusakan kesehatan akut atau kronis dan
bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh
melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan
kulit. Suatu bahan
dikategorikan beracun jika memenuhi kriteria berikut:\
LD50 oral (tikus)
|
25 – 200 mg/kg
berat badan
|
LD50 dermal
(tikus atau kelinci)
|
50 – 400 mg/kg
berat badan
|
LC50 pulmonary
(tikus) untuk aerosol /debu
|
0,25 – 1 mg/L
|
LC50 pulmonary
(tikus) untuk gas/uap
|
0,50 – 2 mg/L
|
Frase-R untuk bahan beracun : R23, R24
dan R25
Bahan dan
formulasi yang memiliki sifat:
Karsinogenik
|
(Frase-R :R45
dan R40)
|
Mutagenik
|
(Frase-R :R47)
|
Toksik untuk
reproduksi
|
(Frase-R :R46
dan R40) atau
|
Sifat-sifat
merusak secara kronis yang lain
|
(Frase-R :R48)
|
ditandai dengan simbol bahaya ‘toxic
substances’ dan kode huruf T.
Bahan
karsinogenik dapat menyebabkan kanker atau meningkatkan timbulnya kanker
jikamasuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut dan kontak dengan kulit. Contoh bahan dengan
sifat tersebut misalnya solven-solven seperti metanol (toksik) dan benzene (toksik, karsinogenik).
3. Harmful (berbahaya)
LD50 oral (tikus)
|
200-2000 mg/kg berat badan
|
LD50 dermal (tikus atau
kelinci)
|
400-2000 mg/kg berat badan
|
LC50 pulmonary (tikus) untuk
aerosol /debu
|
1 – 5 mg/L
|
LC50 pulmonary (tikus) untuk
gas/uap
|
2 – 20 mg/L
|
Frase-R untuk bahan berbahaya : R20, R21
dan R22
Bahan dan formulasi yang memiliki sifat:
Karsinogenik
|
(Frase-R :R45
dan R40)
|
Mutagenik
|
(Frase-R :R47)
|
Toksik untuk
reproduksi
|
(Frase-R :R46
dan R40) atau
|
Sifat-sifat
merusak secara kronis yang lain
|
(Frase-R :R48)
|
yang tidak diberi notasi toxic, akan
ditandai dengan simbol bahaya ‘harmful substances’ dan kode huruf Xn. Bahan-bahan yang
dicurigai memiliki sifat
karsinogenik, juga
akan ditandai dengan simbol bahaya ‘harmful substances’ dan kode huruf Xn, bahan pemeka
(sensitizing substances) (Frase-R :R42 dan R43) diberi label menurut
spektrum efek apakah dengan simbol bahaya untuk ‘harmful substances’ dan kode huruf Xn atau
dengan simbol bahaya ‘irritant substances’ dan kode huruf Xi. Bahan yang dicurigai
memiliki sifat karsinogenik dapat menyebabkan kanker dengan probabilitas tinggi
melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion) atau kontak dengan kulit. Contoh bahan yang
memiliki sifat tersebut misalnya solven 1,2-etane-1,2-diol atau etilen glikol (berbahaya) dan
diklorometan (berbahaya, dicurigai karsinogenik).
2.3 Bahan-Bahan yang Merusak Jaringan (Tissue
Destroying Substances)
‘Tissue Destroying Substances’ meliputi
sub-grup bahan korosif (corrosive substances) dan bahan iritan (irritant
substances) sebagai berikut:
Huruf kode: C
Bahan dan formulasi dengan notasi
‘corrosive’ adalah merusak jaringan hidup. Jika suatu
bahan merusak kesehatan dan kulit hewan
uji atau sifat ini dapat diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji,
seperti asam (pH <2) dan basa (pH>11,5), ditandai sebagai bahan korosif. Frase-R untuk bahan
korosif : R34 dan R35. Contoh
bahan dengan sifat tersebut misalnya asam mineral seperti HCl dan H2SO4 maupun basa seperti larutan NaOH
(>2%).
Huruf kode : Xi
Huruf kode: N
Bahan dan formulasi dengan notasi
‘dangerous for environment’ adalah dapat menyebabkan efek tiba-tiba atau
dalam sela waktu tertentu pada satu kompartemen lingkungan atau lebih (air, tanah, udara,
tanaman, mikroorganisma) dan menyebabkan gangguan ekologi. Frase-R untuk bahan
berbahaya bagi lingkungan : R50, R51, R52 dan R53. Contoh bahan yang memiliki
sifat tersebut misalnya tributil timah kloroda, tetraklorometan, dan petroleum
hidrokarbon seperti pentana dan petroleum bensin.
2.5 Evaluasi dan Klasifikasi Limbah
Kimia
Evaluasi limbah sangat penting untuk
tujuan daur ulang atau pembuangan dengan cara yang sesuai. Penghasil dan
penyedia bahan berbahaya tersebut bertanggung jawab untuk klasifikasi dan penilaian yang
benar.
1.
Klasifikasi limbah menurut peraturan untuk bahan-bahan berbahaya (the
Ordinance for Dangerous
Goods)
Dasar untuk penilaian limbah
menurut peraturan tentang bahan berbahaya adalah sifat-sifat bahaya seperti:
a. Sifat
mudah terbakar (flammability/combustibility)
b. Sifat
pengoksidasi
c. Toksisitas
d. Korosifitas
e. Pembentukan
gas mudah terbakar jika kontak dengan air
f. Kontaminasi
dengan bahan penyebab infeksi dan patogenik
g. Radiasi
radioaktif
h. Sifat
polusi air
i. Melepaskan
debu berbahaya
j.
Diferensiasi lanjut di
antara golongan bahan berbahaya dapat dibuat melalui daftar bahan.
Daftar ini tidak hanya mengandung
bahan yang terdefinisi dengan baik (misalnya gasoline, titik didih 60-100oC)
tetapi juga meringkas kategori, seperti produk petroleun, tidak dijelaskan lebih lanjut.
Klasifikasi dan penilaian limbah berbahaya dibuat menurut sifat fisiko-kimianya (padat/cair, titik
didih, titik nyala, data toksisitas).
Penetapan limbah pada salah satu
daftar kategori bahaya adalah sulit, jika mereka merupakan campuran padatan atau
cairan (larutan). Peraturan bahan berbahaya memberikan petunjuk bagaimana
mengklasifikasi limbah. Tetapi untuk ini perlu mengetahui konstituen dan sifat bahaya limbah. Oleh
karena itu klasifikasi limbah berbahaya biasanya merupakan tugas kimiawan. Amatir hanya
dapat mengerjakan jika ada kategori tertentu karena biasanya kasusnya untuk limbah
umum atau jika bahan dapat ditentukan dengan metode uji sederhana. Untuk limbah
transportasi jalan ada petunjuk khusus seperti peraturan bahan berbahaya untuk transportasi jalan atau
jalan kereta api (dangerous goods ordinance for road and railroad transportation),
yang memerlukan evaluasi dan klasifikasi bahan berbahaya. Jadi, limbah berbahaya harus
ditentukan untuk kelas bahaya sesuai dengan sifat bahayanya.
Tabel 1. contoh limbah dalam klas
bahan berbahaya yang berbeda
Klas
|
Notasi
|
Contoh
|
1
|
Explosive substances and
materials
containing explosive
|
Kembang api, amunisi
|
2
|
Gases
|
Propane, butane, asetilen
|
3
|
Flammable liquid substances
|
Alcohol, aseton
|
4.1
|
Flammable solid substances
|
Limbah nitroselulosa, limbah karet
|
4.2
|
Self-igniting substances
|
Limbah seluloid ,limbah katun yang
mengandung minyak
|
4.3
|
Substances forming flammable
gases
|
Limbah kalsium karbida, logam alkali
|
5.1
|
Oxidizing substances
|
Formulasi mengandung ammonium nitrat
|
5.2
|
Organic peroxides
|
Asam peroksiasetat
|
6.1
|
Toxic substances
|
Kontainer kosong bekas pestisida yang
tidak bersih, kemikalia tertentu
|
6.2
|
Infectious materials
|
Limbah rumah sakit (material bekas
operasi, syringe, jarum suntik)
|
7
|
Radioactive materials
|
Limbah radioaktif dengan spesifik
aktivitas
rendah (mis tritium dari riset
biologi)
|
8
|
Corrosive substances
|
Asam nitrat, asam sulfat
|
9
|
Various hazardous substances and
materials
|
Asbes, berbagai bahan polutan air
|
2.
Klasifikasi limbah menurut organisasi kerjasama dan pengembangan ekonomi,
OECD (Organization
for Economic Cooperation and Development)
Di dalam OECD ada istilah
yang disebut ‘traffic light lists’ yang harus diikuti selagi transboundary
transportasi limbah. Untuk limbah yang dapat di daur ulang ada kontrol yang berorientasi pada sifat
bahaya limbah dan yang didaftar dalam 3 warna sebagai berikut:
a.
Daftar hijau
Limbah yang dikategori ke dalam
daftar hijau menurut persetujuan OECD tidak akan dikontrol. Kategori ini
terdiri dari material seperti potongan logam, baja, logam non-besi, plastic, kertas, kaca,
tekstil dan kayu. Bahan berbahaya seperti limbah kimia tidak termasuk dalam kategori ini.
b.
Daftar kuning
Limbah ini perlu suatu kontrol
terbatas dan perlu persetujuan dari negara penerima. Limbah dalam kelompok ini
antara lain abu, kotoran/endapan, debu logam non-besi, arsen, merkuri, limbah minyak, dan
limbah lain yang mengandung kurang dari 50 mg/kg polychlorinated biphenyl (PCB),
polychlorinated terphenyl (PCT) dan polybrominated biphenyl (PBB).
c.
Daftar merah
Limbah dalam kategori ini harus
dikelola sebagaimana limbah untuk tujuan pembuangan. Transportasi hanya
diijinkan jika negara penyedia maupun negara penerima telah menyetujui dan dinyatakan dalam
pernyataan tertulis. Limbah ini terutama terdiri dari limbah yang mengandung lebih dari
50 mg/kg PCB/PCT, dan yang mengandung polyhalogenated dibenzop-dixon,
furan, sianida, dan asbes.
3.
Klasifikasi limbah menurut TRGS 201 (Juli 2002)
Dalam TGRS 201 (Technical
Directive for Hazardous Substances) diberikan pedoman untuk klasifikasi dan
pelabelan limbah untuk tujuan pembuangan. Pedoman itu juga berlaku untuk limbah-limbah yang
digunakan untuk memperoleh energi termal, tetapi tidak berlaku bagi limbah untuk mendaur
ulang material. Klasifikasi diorientasikan pada resiko yang mungkin muncul. Resiko paling
tinggi yang mungkin terjadi menentukan klasifikasi.
Tabel 2. Kemungkinan resiko yang
muncul dari limbah.
Resiko fisiko-kimia
|
Resiko Kesehatan
|
Resiko Lingkungan
|
|||
Resiko Lingkungan
|
Keterangan
bahaya
|
Huruf kode
untuk simbol
bahaya
|
Keterangan
bahaya
|
Huruf kode
untuk simbol
bahaya
|
Keterangan bahaya
|
E
|
Eksplosif
/mudah
meledak
(Explosive)
|
T+
|
Sangat
beracun
(Very toxic)
|
N
|
Bahaya untuk
lingkungan
|
O
|
Pengoksidasi
(Oxidizing )
|
T
|
Beracun
(Toxic)
|
R52-53: bahaya
bagi organisme
akuatik, dapat
menyebabkan
efek merugikan
dalam jangka
panjang di dlm
lingkungan
perairan
|
|
F+
|
Amat sangat
mudah
terbakar
(Extremely
flammable)
|
C
|
Korosif
(Corrosive)
|
R53: dapat
menyebabkan
efek merugikan
dalam jangka
panjang di dlm
lingkungan
perairan
|
|
F
|
Sangat mudah
terbakar
(Highly
flammable)
|
Xn
|
Berbahaya
(Harmful)
|
R59: berbahaya
untuk lapisan
ozon
|
|
Mudah
terbakar
R10:
flammable
|
Xi
|
Iritan
(Irritant)
|
2.6 Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dari bahaya pestisida
Petunjuk
pertolongan pertama pada kecelakaan yaitu
tindakan penanganan kesehatan yang dapat segera dilakukan
oleh diri sendiri atau orang lain sebelum ditangani petugas medis yang
berwenang. Petunjuk pertolongan pertama
pada kecelakaan disesuaikan dengan sifat
bahaya pestisida yang bersangkutan, dinyatakan dengan kalimat-kalimat
tertentu sebagai berikut:
Kalimat
Petunjuk Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3k) dari bahaya
pestisida:
1. Tanggalkan
pakaian yang terkena pestisida dan cucilah kulit yang terkena dengan air dan
sabun secara menyeluruh sampai bersih, dan usahakan agar pasien tetap
bertenaga.
- Apabila pestisida mengenai mata basuhlah segera dengan air bersih selama 15 menit.
- Apabila pestisida tertelan dan masih sadar segera usahakan pemuntahan dengan memberikan minum segelas air hangat yang diberi satu sendok garam dapur atau dengan cara menggelitik tenggorokan dengan jari tangan yang bersih. Usahakan terus pemuntahan sampai cairan muntahan menjadi jernih.
- Jangan diberi sesuatu melalui mulut pada penderita yang tidak sadar/pingsan.
- Apabila terhisap bawalah penderita ke ruangan yang berudara segar dan bila perlu berikan pernafasan buatan melalui atau dengan pemberian oksigen.
- Hubungi dokter atau petugas medis yang berwenang, apabila mungkin bawalah dan tunjukkan label pestisidanya.
2.7 Perawatan medis
Perawatan
medis adalah tindakan penanganan kesehatan yang dapat
dilakukan oleh dokter atau petugas medis lainnya yang berwenang.
Apabila pestisida yang bersangkutan mempunyai antidot, maka nama serta
persyaratan dan tatacara penggunaan antidot harus dicantumkan. Perawatan medis
dinyatakan dengan kalimat-kalimat disesuaikan dengan sifat pestisida yang
bersangkutan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
v
Potensi bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan
dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut :
- Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.
- Potensi bahaya kimia, yaitu potesni bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui : inhalation (melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya debu, gas, uap. asap; daya acun bahan (toksisitas); cara masuk ke dalam tubuh.
- Potensi bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang berasal dari atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit tertentu, misalnya : TBC, Hepatitis A/B, Aids,dll maupun yang berasal dari bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi.
- Potensi bahaya fisiologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin.
- Potensi bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis keenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti : penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat kerja.
- Potensi bahaya dari proses produksi, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh bebarapa kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi, yang sangat bergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai, kegiatan serta jenis kegiatan yang dilakukan.
3.2 Saran
DAFTAR
PUSTAKA
Djojosumarto, Panut. 2008. Pestisida dan Aplikasinya.
Agromedia Pustaka. ISBN 979-006-145-5. Cet 1. 340 hlm: Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar